Rabu, 13 Agustus 2025

Hubungan Soekarno dan Islam Kiri : Persinggungan Ideologi dan Politik di Indonesia

Hubungan antara Soekarno, proklamator kemerdekaan dan Presiden pertama Indonesia, dengan kelompok Islam kiri merupakan aspek menarik dalam sejarah politik Indonesia. Meskipun Soekarno dikenal sebagai seorang nasionalis sekuler, ia memiliki kedekatan dan memanfaatkan potensi politik dari berbagai kelompok, termasuk yang berbasis agama Islam dengan orientasi kiri.

Latar Belakang Munculnya Islam Kiri di Indonesia

Sebelum kemerdekaan, gagasan Islam yang progresif dan memiliki kesamaan dengan ideologi kiri (sosialisme atau komunisme) mulai muncul di Indonesia. Beberapa faktor pendorongnya:

  • Kondisi Sosial Ekonomi: Ketidakadilan sosial, kemiskinan, dan penindasan kolonial melahirkan pemikiran bahwa Islam harus hadir sebagai pembela kaum tertindas, sejalan dengan semangat perjuangan kelas dalam ideologi kiri.

  • Pengaruh Pemikiran Dunia: Berkembangnya gerakan sosialis dan komunis di dunia turut mempengaruhi sebagian intelektual dan aktivis Muslim di Indonesia untuk menginterpretasikan ajaran Islam dalam kerangka keadilan sosial dan pemberdayaan rakyat.

  • Tokoh-Tokoh Pelopor: Muncul tokoh-tokoh Muslim seperti H.O.S. Tjokroaminoto (dengan gagasan "Islam dan Sosialisme"), S.M. Kartosoewirjo (sebelum radikalisasinya), dan para pemimpin Sarekat Islam (SI) yang pada awalnya memiliki kedekatan dengan gerakan buruh dan ide-ide sosialis.

Soekarno dan Kedekatannya dengan Islam

Meskipun Soekarno menganut ideologi Nasionalisme yang inklusif dan menekankan persatuan bangsa di atas perbedaan agama, ia tidak pernah mengabaikan peran penting Islam dalam sejarah dan masyarakat Indonesia. Beberapa poin kedekatan Soekarno dengan Islam:

  • Menyadari Kekuatan Politik Umat Islam: Soekarno memahami bahwa umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia dan memiliki potensi politik yang besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.

  • Memasukkan Nilai Islam dalam Pancasila: Meskipun Pancasila bukan negara agama, sila pertama ("Ketuhanan Yang Maha Esa") mengakomodasi nilai-nilai religiusitas masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim.

  • Hubungan dengan Organisasi Islam: Soekarno menjalin hubungan baik dengan berbagai organisasi Islam, termasuk Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, meskipun dengan dinamika dan kepentingan yang berbeda.

Persinggungan Soekarno dengan Kelompok Islam Kiri

Kedekatan Soekarno dengan kelompok Islam kiri lebih bersifat taktis dan didasarkan pada kesamaan tujuan dalam beberapa aspek perjuangan:

  • Anti-Kolonialisme dan Anti-Imperialisme: Kelompok Islam kiri sangat gigih dalam menentang penjajahan dan segala bentuk dominasi asing. Sikap ini sejalan dengan semangat nasionalisme Soekarno yang anti-kolonial.

  • Keadilan Sosial dan Pemberdayaan Rakyat: Ide-ide tentang keadilan sosial dan pembelaan kaum mustadhafin (lemah) yang diusung oleh Islam kiri memiliki resonansi dengan retorika kerakyatan Soekarno.

  • Front Persatuan Nasional: Soekarno seringkali menyerukan pembentukan front persatuan nasional yang melibatkan semua elemen bangsa, termasuk kelompok Islam dengan berbagai orientasi ideologi.

Beberapa contoh persinggungan dan tokoh Islam kiri yang memiliki hubungan (walaupun tidak selalu mulus) dengan Soekarno:

  • Sarekat Islam Merah: Setelah perpecahan Sarekat Islam, muncul SI Merah yang lebih condong ke ideologi kiri dan bahkan berkolaborasi dengan PKI. Meskipun Soekarno tidak secara langsung terlibat dengan kelompok ini, semangat anti-kolonial mereka sejalan dengan perjuangannya.

  • Partai Serikat Islam Indonesia (PSII) dan Tokoh-tokoh Progresif: Beberapa tokoh dalam PSII memiliki pandangan yang progresif dan kritis terhadap kapitalisme, yang memiliki kemiripan dengan gagasan kiri. Soekarno berusaha merangkul berbagai faksi dalam gerakan Islam nasional.

  • Hubungan dengan PKI: PKI pada masa itu juga berusaha membangun aliansi dengan berbagai kelompok, termasuk umat Islam, dengan menekankan isu-isu kerakyatan dan anti-imperialisme. Soekarno sendiri memiliki hubungan yang kompleks dengan PKI, dan beberapa kelompok Islam kiri mungkin melihat potensi kerjasama dalam isu-isu tertentu.

Dinamika dan Batasan Hubungan

Penting untuk dicatat bahwa hubungan Soekarno dengan Islam kiri tidak selalu harmonis dan memiliki batasan:

  • Perbedaan Ideologi Mendasar: Soekarno adalah seorang nasionalis sekuler yang mendasarkan negara pada Pancasila, sementara Islam kiri memiliki basis ideologi agama. Perbedaan ini tetap menjadi garis pembatas yang signifikan.

  • Kekhawatiran Terhadap Pengaruh Komunisme: Sebagian besar organisasi Islam arus utama (seperti NU dan Muhammadiyah) memiliki kekhawatiran terhadap perkembangan komunisme di Indonesia. Soekarno harus menavigasi hubungan ini dengan hati-hati agar tidak kehilangan dukungan dari kelompok Islam yang lebih konservatif.

  • Perkembangan Politik Pasca Kemerdekaan: Dinamika politik Indonesia setelah kemerdekaan sangat kompleks, dengan persaingan ideologi yang kuat. Hubungan Soekarno dengan Islam kiri juga dipengaruhi oleh konstelasi politik yang terus berubah.

Kesimpulan

Hubungan Soekarno dengan Islam kiri adalah contoh menarik tentang bagaimana seorang pemimpin nasionalis berusaha merangkul berbagai elemen bangsa dalam perjuangan dan pembangunan. Meskipun terdapat perbedaan ideologi yang mendasar, kesamaan dalam semangat anti-kolonialisme, keadilan sosial, dan persatuan nasional memungkinkan adanya persinggungan dan kerjasama taktis antara Soekarno dan kelompok Islam dengan orientasi kiri. Pemahaman akan hubungan ini membantu kita melihat kompleksitas lanskap politik dan ideologi di Indonesia pada masa awal kemerdekaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar