Black
Death adalah salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah manusia. Wabah
ini terjadi pada pertengahan abad ke-14 dan diperkirakan menewaskan antara 75
juta hingga 200 juta orang di Eurasia, dengan puncaknya terjadi di Eropa antara
tahun 1347 hingga 1351.
Black Death disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, yang biasanya ditemukan pada
kutu yang hidup di hewan pengerat seperti tikus. Wabah ini diperkirakan berasal
dari dataran tinggi Asia Tengah, kemungkinan di sekitar wilayah Mongolia
modern. Perdagangan di Jalur Sutra yang menghubungkan Timur dan Barat menjadi
salah satu faktor utama penyebaran penyakit ini. Tentara Mongol dan pedagang
yang berkelana melalui jalur ini membawa kutu yang terinfeksi ke berbagai
daerah.
Pada
tahun 1347, Black Death mencapai Eropa melalui pelabuhan-pelabuhan di Laut
Hitam. Kota Kaffa (sekarang Feodosiya di Krimea) yang dikepung oleh tentara
Mongol menjadi titik penting dalam penyebaran awal wabah ini. Ada catatan bahwa
tentara Mongol melemparkan mayat-mayat yang terinfeksi ke dalam kota Kaffa
sebagai senjata biologis. Dari Kaffa, para pedagang Genoa membawa wabah ini ke
berbagai pelabuhan di Mediterania.
Pada
Oktober 1347, kapal-kapal yang membawa orang-orang yang terinfeksi tiba di
Messina, Sisilia. Penyakit ini kemudian menyebar ke seluruh Italia. Dalam
beberapa bulan, penyakit ini telah mencapai kota-kota besar seperti Genoa dan
Venesia. Dari Italia, Black Death menyebar dengan cepat ke Prancis, Spanyol,
dan Portugal melalui jalur perdagangan dan peperangan. Pada tahun 1348, wabah
ini mencapai Inggris melalui pelabuhan-pelabuhan di selatan. Wabah ini terus
menyebar ke arah utara, mencapai Skandinavia pada tahun 1349, dan kemudian ke
Rusia pada awal 1350-an.
Diperkirakan
sekitar 30-60% populasi Eropa meninggal dunia akibat wabah ini. Beberapa kota
mengalami kematian yang lebih tinggi, dengan seluruh populasi desa-desa
terkadang musnah. Wabah ini menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sosial
dan ekonomi. Kekurangan tenaga kerja menyebabkan upah naik, sementara harga
barang-barang menurun karena berkurangnya permintaan. Banyak petani
meninggalkan ladang mereka, menyebabkan krisis agrikultur. Kota-kota dan
desa-desa menjadi sepi dan ditinggalkan.
Wabah
ini juga mengubah struktur sosial dan keagamaan masyarakat Eropa. Banyak orang
kehilangan kepercayaan pada gereja dan otoritas karena ketidakmampuan mereka
untuk mencegah atau menjelaskan penyakit ini. Terjadi peningkatan dalam
praktek-praktek keagamaan ekstrim dan takhayul, serta kerusuhan sosial yang
disebabkan oleh ketegangan dan ketakutan yang meluas.
Meskipun
wabah besar berakhir sekitar tahun 1351, Black Death muncul kembali dalam
wabah-wabah yang lebih kecil di berbagai bagian Eropa selama beberapa abad
berikutnya. Pandemi ini meninggalkan dampak jangka panjang yang mendalam pada
demografi, ekonomi, dan budaya Eropa, mempengaruhi perkembangan sejarah Eropa
menuju Renaisans dan periode modern awal.